Tampilkan postingan dengan label Diary. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diary. Tampilkan semua postingan

Cara Memahamkan Agar Anak Sejak Dini Perduli Mengurangi Sampah Plastik

Februari 01, 2021

Pada umumnya sekolah-sekolah sudah mengajarkan para siswa untuk cinta lingkungan. Salah satunya melalui edukasi membiasakan untuk membuang sampah pada tempat sampah yang sudah disediakan  sesuai jenis sampah yaitu organik dan anorganik. 

Bismillahirrahmaanirrahiim, saya lihat di sekolah juga telah tersedia bak-bak sampah dilengkapi identitas sesuai jenis sampah. Prinsip 3R ( reuse, reduce, recycle) juga sudah ditanamkan di sekolah-sekolah. Jadi bagian orang tua adalah bagaimana memberikan pengertian mengenai konsep “don’t (just) recycle” pada anak-anak agar setiap keputusan yang akan dibuat diawali dengan think first atau dipikirkan dulu. 

Don't (just) recycle, jangan hanya karena bisa di daur ulang, atau digunakan dalam fungsi yang lain sehingga semacam ada toleransi "gak apalah memilih atau menggunakan produk yang berkemasan plastik ini, kan bisa digunakan lagi..?" Sepintas memang ada benarnya karena sampah/limbah kemasan plastiknya masih bisa dimanfaatkan lagi. Tapi bukankah ending tetap akan jadi sampah plastik yang di buang?

Gerakan #NoStraw Langkah Kecil Yang Bermakna Besar

Saya sepakat dengan gerakan #NoStraw, tempat kuliner yang memberlakukan kebijakan "tidak menyediakan sedotan plastik". Kebayang dong betapa besarnya kontribusi limbah sedotan plastik jika setiap orang yang memesan minuman menggunakan 1 sedotan plastik?

Back to the topic bagaimana agar anak-anak memiliki pola pikir untuk mempertimbangkan penggunaan produk yang seminimal mungkin memunculkan sumber sampah plastik.

Yang penting tidak buang sampah sembarangan, terus nanti kalau sudah di TPA kan ada yang mengurusi agar bisa 3R tho, Bund?” mendengar pendapat Aida ini, sebenarnya saya ingin memberikan penjelasan bahwa mengaplikasikan prinsip 3R pada intinya hanya bersifat “delay time” atau menunda sementara waktu. 

Anak-Perduli-lingkungan-Mengurangi-Sampah-Plastik
Dampak lingkungan akibat penggunaan sedotan plastik

Yang bisa di-reuse dan recycle pun pada akhirnya benar-benar jadi sampah harus dibuang.  Dan siapa yang bisa menjamin kalau semua sampah di seluruh TPA Indonesia dikelola secara 3R? Tapi saya segera ingat jika sekedar bilang jangan ini, itu, mestinya begini dan begitu, bisa jadi akan dianggap sosok ibu yang cerewet, suka mengatur dan mendoktrin. Atau juga kalimat panjang saya hanya lewat dan berlalu bersama angin. 

Perlu mencari view of value untuk dirinya sendiri sehingga lebih mudah membekaskan kesan dan bisa diterima nalar anak-anak tentang konsep untuk re-Think sebelum memutuskan membeli sesuatu barang-barang manufacture. Nah, bukankah pada dasarnya orang akan mau melakukan sesuatu kalau ada manfaat langsung untuk dirinya? 

Saya mencoba mengambil asas dasar ini untuk mengemas penyampaian pentingnya think first ke Aida. Selain karena Aida yang menginjak SMP ini tinggal di asrama dan mulai memanage uang dan belanja sendiri, juga karena Aida  dan semua anak-anak kelak akan menjadi pelaku sejarah dan berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

Setelah mencari-cari ‘subyek’ apa yang bisa mengenai sasaran, saya pun mengawali dengan penekanan tentang hemat uang. Maka, setiap kali belanja bareng saya mengatakan kalimat-kalimat singkat saat mengambil barang yang hendak kami beli.

“ Kenapa ambil yang kemasan sachet, Da?”
“ Praktis Bund, kalau mau bikin susu di asrama “
“ Tapi hitungan harganya lebih murah jika beli yang kemasan besar lho?” Aida tidak langsung  menjawab, mungkin dia masih menghitung apa benar lebih murah.
“ Selain itu, sebulan habis tuh sekotak susu itu. Jadii…..”
“ Iya Bund, enakan beli kemasan besar gini ya? lebih murah jadinya”

Setiap kali acara belanja bareng, baikke toko, mall atau bahkan ke pasar tradisionaldan ada celah untuk mengajak Aida memilih dan memilah barang-barang yang hendak dibeli, saya berusaha menyertakan kalimat-kalimat singkat yang sederhana. 

Di awali dengan tujuan hemat uang, kemudian sesekali saya ajak Aida untuk “melihat” potensi pencemaran lingkungan yang berasal dari perilaku kita bilamana tidak bijak untuk think first. Seperti libur semesteran beberapa waktu lalu, kami pun belanja bareng. Mumpung lama di rumah, jadi sekalian belanja logistik untuk dibawa ke asrama.

“Bund, aku ambil deterjennya yang 1 kg ya. Kan bisa hemat sekaligus mengurangi jumlah sampah plastik tho?”
“ Hebat, tanda-tanda kamu sudah mulai dewasa neh “
“ Aku itu masih anak-anak yang akan remaja Bund….”
“ Hedew, istilahnya panjang banget? Mau bilang sudah ABG kan?”

Semoga saja, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, semakin luas pemahaman Aida mengenai think first. Bahwa think first sejatinya tak hanya untuk mendahului pola pikir 3R [reuse, reduce, recycle] terhadap sisa/bekas barang konsumtif. Tapi lebih luas dari itu, think first seyogyanya melandasi setiap pengambilan keputusan dan pilihan.


Noted: created On February 1, 2015


Kangen Rumah dan Kampung Halaman Tercinta

Maret 28, 2020

Kangen Rumah dan Kampung Halaman tercinta. Siapa yang tiak kangen dengan kampung halaman? Siapa yang tiak rindu berjumpa orang tua, keluarga dan semua atribut yang erat melekat dengan tanah kelahiran? 

Saya adalah salah satu anak rantau, tepatnya semenjak menapakkan jejak kaki di luar kampung halaman, selalu dilanda rindu untuk pulang kampung. Seperti ada magnet yang selalu menarik emosi dan hati untuk beranjangsana ke rumah, menikmati segenap aroma udara dan riuh rendah suara-suara alam di sekitar rumah.

Saatnya mendapat kesempatan #dirumahaja, saat seorang kakak mengirimkan salah satu tanaman hias yang ada dirumah, suddenly feel like at home (berasa mudik di kampung halaman), Nyesss. Bismillah Tirakat (puasa) mudik. Biasanya mudik sebulan sekali, jadi ya sekarang mudik distancing dulu. Intinya prei gak mudik dulu.
Baiklah, demi kebaikan bersama, demi kesehatan bersama, demi semua hal yang positif, semoga bisa ikut berbagi hal yang menenangkan, menghidupkan semangat, dengan tetap berusaha menjaga keamanan terhadap covid-19, saya sependapat dengan broadcast yang beredar di WAG, seperti pada bagian ini contohnya:

Bisakah kita membantu tim medis yang sudah sedemikian lelah, untuk berhenti membuat postingan-postingan yang berkonten menakut-nakuti membuat orang khawatir dan panic. Bisakah?
Tahukah bahwa kekhawatiran berlebih akan menurunkan imun tubuh lebih cepat. Jangan buat mereka khawatir, sehingga terus menerus berbondong bondong ke rumah sakit dan makin membuat lelah para tim medis kita.
In Sya Allah, kita masih bisa bertemu putaran Ramadhan tahun ini dengan sehat, bahagia dengan situasi yang sudah membaik💪🙏🤲

Mari sebarkan aura positif untuk meningkat imunitas kita(Copas dari WAG). Tetap ikhtiar lahiriah, dan lengkapi dengan meningkatkan hablum minallah.

Berdamai dengan Kanker Payudara, Penyitas Kanker Payudara BISA Hidup Sehat dan Bahagia

Oktober 23, 2019

Hingga saat ini, masih belum bisa dipastikan apa penyebab sebenarnya kanker payudara. Kanker payudara ini bisa pada orang dengan riwayat keluarga yang mengalami sakit kanker payudara. Tapi tak jarang juga, penyakit ini dialami orang yang tidak punya garis genetika dengan riwayat kanker payudara.

Secara garis besar, penyebab kanker payudara ini diperkirakan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah karena adanya keluarga yang mengalami penyakit ini. Sedangkan faktor ekternal sangat mungkin pertumbuhan sel kanker payudara dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat, terutama pola makan yang tidak sehat, misalnya kebiasaaan mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet, pewarna kimia, pemanis buatan, dan atau perisa buatan.
Sungguh fenomena yang memprihatinkan, dan sepatutnya kita semua semakin peduli untuk melakukan pencegahannya, salah satunya dengan melakukan SADARI atau Pemeriksaan Payudara Sendiri secara rutin. Karena hingga saat ini, baru 40% dari jumlah orang yang terkena kanker yang didiagnosis sejak stadium awal. Padahal salah satu kunci agar kanker payudara ini bisa diobat secara tepat dan cepat sehingga peluang untuk hidup sehat bisa lebih besar.

Sangat penting untuk diketahui, disadari dan diimplementasikan manakala hasil SADARI menemukan gejala-gejala yang tidak wajar, agar segera menindaklanjuti dengan pemeriksaan kesehatan yang lebih lengkap dan TIDAK takut untuk menjalani perawatan yang disarankan oleh tim medis. 

Dan Bismillahirrahmaanirrahiim, inilah salah satu kisah nyata penyitas kanker yang terdeteksi sejak awal dan memberanikan diri untuk melanjutkan pemeriksaaan kesehatan dan selanjutnya menjalani serangkaian pengobatan serta perawatan medis. Semoga kisah nyata dari seorang teman saya yang lebih memilih untuk Berdamai dengan Kanker Payudara, bisa menjadi motivasi dan menginspirasi bahwa Penyitas Kanker Payudara BISA Hidup Bahagia.

“ Bulan Mei 2013, aku menemukan benjolan di payudara sebelah kananku. Awalnya kupikir dan berharap hanya ASI yang tertahan di payudara, karena waktu itu aku masih menyusui babyku yang baru berumur 5 bulan.” Demikian Mbak Rina mengawali ceritanya.

Tapi kemudian ingatan akan kakak sepupunya (anak budhe) dan seorang saudara satu mbah buyut yang meninggal karena kanker payudara membuat Mbak Rina merasa harus ‘waspada’. Berbekal  itu, mulai memberanikan diri bertanya ke teman di lingkungan kerja yang terkena breast cancer, dan disarankan untuk ketemu dokter bedah onkologi.

“ Butuh sekitar 2 minggu ketika akhirnya bener bener berani ketemu dokter bedah onkologi yang direkomendasikan temanku. Berbagai pemeriksaan dilakukan, dari USG mammae, mammography, dan pemeriksaan sitologi dari Biopsi jarum/AJH (Aspirasi jarum halus). Hasil yang diperoleh pada Juni 2013 adalah terdapat sel ganas positif, dengan simpulan Karsinoma duktal.” Ujar Mbak Rin dengan mimik serius.

“ Selanjutnya, dokterku menyarankan atau  lebih tepatnya ‘memaksa’ untuk dilakukan mastektomi (pengangkatan payudara).  Hanya satu minggu waktu yang dia berikan untuk aku mulai menyapih babyku dan brsiap untuk operasi. Dan jadilah di bulan Juni itu, aku menjalani operasi. Sedih.... lebih sedih lagi karena aku tidak lagi bisa menyusui bayiku, dan selama seminggu itu aku harus tahan mendengar si kecil menangis ingin netek langsung dari mamanya. Untung saja kebiasaan memompa ASI selama di tempat kerja sangat membantu. Babyku masih bisa mendapatkan ASI sampai 3 bulan berikutnya.”

Pemeriksaan patologi anatomi dari hasil operasipun ternyata memastikan bahwa Mbak Rina positif terkena Infiltrating ductal carcinoma. Dan menurut hasil pemeriksaan Immunihistokimia, kanker yang dialami Mbak Rina adalah jenis yang responsif pada hormon progresteron. 

“ Tadinya aku sempat berharap dokter salah diagnosa, dan aku sudah bertekad tidak akan memperkarakan apabila memang terjadi salah diagnosa. Konyolnya aku ya.....?”
Saya tersenyum dan tak tahu mesti berkomentar apa, dan menunggu Mbak Rina melanjutkan ceritanya.
Operasi bagiku bukanlah ‘perkara’ besar, mengingat aku sudah pernah 3 kali operasi untuk kelahiran 3 jagoanku. Dan aku ikhlas, begitupun suamiku,  kami ikhlas aku harus kehilangan satu payudara, agar  si ‘caca’ itu terangkat dari tubuhku. Selama menunggu proses penyembuhan luka operasi itu aku banyak mencari tahu tentang treatment cancer. Dan yang sangat membuatku gentar waktu itu adalah kemoterapi. Bagaimana tidak, prosedur itu tidak hanya akan menyasar sel kanker tapi juga sel sehat tubuh. Sempat bertanya pada seorang dokter herbalis yang juga survivor kanker, tentang bisakah aku ‘skip’ saja prosedur tersebut, dan dari tidak ada jawaban pastinya aku simpulkan bahwa ini prosedur wajib. Baik lahhhh... bersiap mental sajalah.
Dan sebulan setelah operasi itu mulailah prosedur kemoterapi. Kemoterapi sendiri kata dokter dimaksudkan untuk ‘mengejar’ sel kanker yang kemungkinan lepas dan beredar di aliran darah. Setiap 3 minggu sekali Mbak Rina ini harus dikemoterapi sebanyak 6 kali. Baru juga sembuh dari efek kemoterapi berupa mual, hilang indera perasa, ehhh harus mulai kemo lagi.

“ Bahkan pernah Lekositku drop menjadi 0,7 (10^3/ul) dari batas normal 4.0 -11.0. Demi tetap berjalannya kemoterapi akupun terpaksa disuntik untuk meningkatkan leukosit. Tips untuk yang sedang menjalani kemoterapi: tetap makan yaaaa.... belum perlu pantang apapun, karena tubuh sedang butuh stamina yang berlebih.”

Tapi yang namanya manusia, bersiap sebaik-baiknya tapi tak ayal ada rerasa yang kadang tak bisa dienyahkan begitu saja. “ Mungkin karena sudah merasa gentar sebelumnya, setelah kemoterapi terakhir aku turun 10 Kg. Menjadi hanya 37 Kg saja. Sudah gundul, kurus lagi.... merasa jelek banget aku waktu itu, haha.... “

Lebih lanjut, Mbak Rina menceritakan bagaimana efek kemoterapi yang dialaminya. “ Oh ya, efek kemoterapi itu salah satunya adalah rambut rontok. Di awal awal rontok rambut itu, aku sudah bertekad untuk plontosin rambut sekalian. Dengan berbekal clipper, minta hubby mengeksekusi. Rupanya, dia gak tega. Ya sudaaahhh..... masuk ke kamar, aku eksekusi sendiri di depan cermin. Baru ketika harus dirapikan, suami aku paksa membantu. Masih terbayang ekspresi kagetnya dan anak anak. Bahkan si baby hampir tidak mengenaliku kalau tidak mendengar suaraku. “

Selain mengalami efek rambutnya yang rontok, kemoterapi juga membuat Mbak Rina terlihat pucat dan hal itu sangat tidak disukainya.

“Aku jadi merasa  benar benar ‘sakit’. Gak keren banget, apalagi waktu itu aku tetap kerja meskipun hanya setengah hari setiap harinya. Jadilah aku makin suka berdandan sambil menatap kaca dan bicara sendiri, nah kaaannn... aku seger kok... aku sehat kok. Dengan begitu aku merasa tubuhku ‘terprogram’ untuk sehat. What you believe, yout body achieves!! Tidak serta merta memang, tapi efeknya luar biasa lhoh…”

Alhamdulillah, akhirnya Desember 2013 prosedur kemoterapi yang dijalani Mbak Rina pun selesai. Sudah selesai jugakah treatmentnya? Ternyata belum dan disinilah kenapa orang sakit harus bersabar.
Aku masih harus menjalani terapi hormon. Setiap hari selama 5 tahun aku harus minum obat penekan hormon untuk jenis kankerku yang responsif hormon progresteron, dan aku juga aku masih harus menjalani radioterapi sebanyak 35 kali setiap harinya kecuali hari libur rumah sakit. Alhamdulillah April 2014 prosedur radioterapi selesai.
Selanjutnya, untuk ketenangan hati dan pikiran,  sekaligus untuk mengurangi probabilitas kekambuhan kanker maka tahun 2018 Mbak Rina membulatkan tekad  dengan memutuskan operasi pengangkatan indung telur. Agar tutup pabrik hormonnya.

Di tahun 2018 juga, akhirnya selesai program 5 tahun terapi hormon. Tapi ternyata dari hasil riset menunjukkan terapi hormon lebih efektif bila dilakukan selama 10 tahun. “ Jadilah aku kena perpanjangan waktu, haha...... Gpp lah... masih harus ngapelin dokter gantengku setiap bulan...” LOL. 

Mbak Rina menggarisbawahi bahwa pengobatan kanker itu multidisiplin, selain dokter bedah onkologi, dokter spesialis penyakit darah dan konsultan hematologi onkologi medis, dokter spesialis radiasi, pasien juga dipantau secara periodik oleh dokter laboratorium. Secara periodik harus foto thorax, USG mammae dan USG abdomen, serta cek penanda tumor Ca 15-3. Demi apaaa? Agar kalau ada pergerakan si breast cancer ke bagian tubuh yang lain bisa segera terdeteksi.

Itu kisah pengobatan medisku, disamping itu ada yang sangat penting dalam proses pengobatan, yaitu motivasi pribadi dan support system dari saudara dan teman-teman. Aku bukan tidak pernah ‘down’ karena vonis kanker. Ada satu titik balik, ketika itu sepulang kerja hujan sangat deras, dan aku juga menangis deras karena vonis kanker... lalu tiba tiba, gubraaaakkkk.... mobil yang aku kendarai menabrak buis beton di pertigaan yang aku lalui. Banting setirlah aku... dan alhamdulillah aku masih bisa menghindari tembok sekolah di kananku. Dengan mobil penyok parah di bagian depan aku masih bisa pulang. Sesampai rumah bahkan suami tidak berani bertanya apa-apa. Semalaman setelahnya aku masih menangis deras. Kemudian terbersit di pikiran, Kenapa aku harus takut sekali pada kankerku? Kematian adalah rahasia Nya. Kalau saja memang sudah waktuku, bukan tidak mungkin aku dipertemukan dengan bis beneran dan bablaslah aku. Dengan pemikiran itu aku menjadi tenang. Setelah malam itu, aku bertemu dengan ‘ikhlas’.

Hal lain yang memiliki peran vital adalah support luar biasa dari kedua orang tua, dan 5 sudara Mbak Rin, serta 7 saudara dari suami. 

“ Beruntung aku memiliki mereka, yang selalu siap dengan doanya untukku, menemaniku menjalani kemo dan membantu menjaga anak anak. Suami terutama, butuh pengorbanan besar ketika dia harus merawatku dan babyku yang masih butuh perhatian. Dia yang dulu paling tidak romantis menurutku, ternyata menjadi pendamping yang luar biasa. Dan anak anak, terutama babyku... aku masih ingin mendampingi mereka.”

Belakangan support system juga diperoleh Mbak Rina dari komunitas penyintas kanker Love Pink.
“Di Love Pink yang berinduk di Jakarta tersebut, kami sharing pengalaman, kami saling menguatkan. Mereka benar-benar luar biasa, yang sudah lebih ‘sehat’ meluangkan waktu mendampingi teman-teman yang sedang ‘berjuang’. Komunitas ini juga memiliki misi untuk mengedukasi pentingnya deteksi dini agar tak banyak lagi yang mengalami perjalanan kami hidup bersama kanker.”

Cerita panjang lebar mengenai kanker payudara dan bagaimana Mbak Rina menghadapinya adalah pelajaran yang luar biasa. Orang bilang, pengalaman adalah salah satu guru terbaik dan dengan kanker payudara yang dialami oleh teman saya yang luar biasa ini, semoga bisa menjadi “guru” bagi kita semua untuk lebih perduli terhadap kesehatan diri pada umumnya, dan perduli untuk SADARI sejak dini.

Selain menceritakan pengalaman hidup yang amazing tersebut, selain untuk berbagi pengalaman bagaimana menyikapi takdir sebagai penyitas kanker payudara, Mbak Rina juga berpesan dengan sangat sungguh-sungguh bagaimana cara mencegah kanker payudara sejak dini untuk yang masih sehat, jaga asupan makanan yang masuk ke tubuh yaaaa. no pengawet, no pewarna buatan, no perasa buatan, no pemanis buatan. Penting juga untuk menghindari paparan asap rokok. Pemeriksaan sadari juga sangat penting dilakukan.

Sedangkan saran bagi yang sudah terdiagnosis kanker, “ please jangan tergoda pengobatan non medis ya, sudah mahal, tingkat keberhasilannya pun tidak terukur. Dari pengalamanku, teman teman penyintas yang dulunya lari ke pengobatan non medis akhirnya kembali ke pengobatan medis dalam kondisi yang lebih buruk. Jangan pula rutinitas ke rumah sakit membebani, nikmatilah, anggap sedang pergi piknik tipis-tipis.  Iya loh.... aku dan beberapa teman pasien kalau ketemu jadwal kontrol bareng itu berasa piknik tipis tipis, ada pot luck party di ruang tunggu. Si A masak ini, si B masak itu, si C bikin sambal, si D bawa itu, atau keq aku... ikut makan ini itu... hehehe....”

Dan yang utama adalah berdoa, mintalah pada Allah SWT, Tuhanmu dan jangan berburuk sangka padaNya. Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan ujian yang melampaui kemampuan umatNya. So what? Mintalah dengan sungguh sungguh dalam bahasamu sendiri. DIA pasti TAHU!!

Demikian sharing kisah nyata ini dan saya yakin di luar saya ada banyak survivor breast cancer yang memiliki kisah – kisah hebat dalam menghadapi kanker payudara.
Dan dalam rangka meningkatkan awareness mengenai kanker payudara, Wacoal ikut mendukung bulan Kanker Payudara dengan menyediakan kotak donasi di Toko Wacoal. So, jangan lupa kunjungi store wacoal terdekat ya?

Tulisan ini dalam rangkat untuk mendukung “Breast Cancer Blogger Perempuan Movement, in Collaboration with Wacoal”



Narasumber: Rina Esti Wulandari

 
Membela Diri or Membenarkan Diri

Membela Diri or Membenarkan Diri

Juli 04, 2014
Suatu saat, dialog ini terjadi ketika ada seorang teman yang mengatakan: Kucing mana yang tahan jika melihat ikan/pindang di atas meja makan tanpa penutup? 

Dan kalimat tersebut diucapkan terkait dengan suatu hal yang tak seharus dilakukan karena “merasa” ada kesempatan. Seringkali kita dengar kalimat ini “ Aku kan hanya membela diri” walaupun konteksnya mencari alasan untuk meringankan level kesalahan ataupun mengurangi rasa bersalah serta untuk mendapatkan pemakluman.

Tindakan manusia sama sekali tidak bisa dicarikan pembenarannya dengan menganalogkan apa yg dilakukan hewan.

Kucing yang makan pindang karena kelalaian manusia saat menyimpannya VS Seseorang yang mengambil kesempatan berbuat salah/tidak benar adalah dua konteks yang  tidak bisa di analogkan dan juga tidak bisa disebandingkan.

KARENA kucing/not human being other dan manusia variabelnya berbeda total. Sesuatu hal bisa dibandingkan dan dianalogkan kalau variabelnya mirip/ sama. Jelas manusia punya AKAL, LOGIKA, HATI. Bagaimana bisa dibandingkan dengan kucing/hewan?

Ya kalau mau dibandingkan seperti itu maka derajat kucing/hewan justru lebih tinggi dari manusia kan ya? Wong kucing yang tidak punya Akal, nalar, logika, tindakannya sama dengan manusia yang jelas dilengkapi dgn akal pikiran, logika, hati nurani.